*Jin Yang Ada Di Perut, Keluar!!!*
Darimana asal kalimat ini?
Keberadaan jin adalah hal yang mustahil untuk ditentukan secara pasti, karena sifatya yang ghaib.
Tetapi kalimat sejenis judul diatas bukan lah sebuah kesalahan jika hanya sebagai dugaan kuat saja.
Apakah kalimat diatas telah masuk wilayah ghaib secara berlebihan???
Sepertinya tidak.
Prosesnya mungkin begini.....
Pasien menceritakan bahwa dia mengalami sakit di bagian perutnya maka kemudian peruqyah menduga dengan kuat bahwa jin tersebut ada di perutnya.
Pasien mengatakan banyak keluhan di kepala dan sering mimpi buruk maka peruqyah menyimpulkan bahwa jin tersebut 'bekerja' di kepala pasien.
Atau
Pasien menceritakan bahwa ia gampang marah, maka kemudian peruqyah menyimpulkan jin ada di dada.
Dan seterusnya.
Seperti itulah cara berpikir sederhana dalam diagnosa.
Jadi peruqyah menyimpulkan posisi jin tersebut berdasarkan atas keluhan dan semua informasi yang disampaikan pasien.
Sifatnya dugaan.
Hal yang sama sebenarnya juga biasa dilakukan peruqyah, saat pasien mengatakan bahwa telah memakan atau meminum benda sihir, tentu para peruqyah akan menyimpulkan bahwa masalah terjadi di lambungnya disebabkan oleh benda sihir yang dimakannya.
Efek selanjutnya adalah, peruqyah akan memberikan herbal pencahar ( kasus sihir yang dimakan).
Darimana peruqyah memberikan kesimpulan lokasi sihir dan jin sihir tersebut ada di lambungnya, hingga memberikan herbal pencahar??
Jawabannya : "Dari data keluhan yang disampaikan pasien."
Itu pula yang akhirnya muncul kalimat hardikan saat ruqyah : *Hai jin yang ada di perut, Keluar!!!*
Ini alur cara berpikir sederhana, tidak rumit untuk dipahami in syaa Alloh.
Adakah pijakan yang bisa dijadikan sandaran tentang dugaan kuat lokasi jin??
Dari jalur Al Hasan, dari Utsman bin Abi Al 'Ash, dia bertutur :
" Saya mengadukan buruknya hafalanku akan Al Qur'an kepada Nabi, maka beliau bersabda, ' Itu syetan, namanya Khinzab. Mendekatkan kepadaku, wahai Ustman.'
kemudian beliau meletakkan tangannya diatas dadaku dan saya merasakan dinginnya diantara kedua pundakku.
Beliau berkata, " Hai, syetan, Keluar dari dada Utsman.!"
Dia berkata, ' Maka, tidaklah saya mendengar sesuatu pun setelah itu, kecuali saya menghafalnya'.
Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim Al 'Ashbahani dalam Dala'il An Nubuwwah hal 400-401. Dan Al Baihaqi dalam Ad Dala'il An Nubuwwah 5/307-308
Dalam riwayat ini Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam 'mendiagnosa' posisi syetan ada di dada Utsman, hingga beliau mengatakan keluar dari dada Utsman.
Kita bukan Nabi yang mengetahui secara pasti hal ini, tetapi kita masih bisa memberikan dugaan kuat, berdasarkan data keluhan yang disampaikan oleh pasien.
Ini pula yang sempat saya konfirmasi kepada Syaikh Abul Barra, pasca Daurah awal tahun 2017 lalu, dan menurut beliau, menyuruh jin keluar dengan menyebut organ tubuh pasien yang diduga kuat sebagai lokasi jin pengganggu tersebut adalah diperbolehkan.
Ini hanya bagian dari ikhtiar meruqyah dengan pemahaman atas Nash Nash yang ada. Dan ini hanya pilihan dalam proses terapi, bukan sesuatu yang harus selalu dipakai.
Satu satunya yang harus selalu dipakai dalam meruqyah adalah membacakan Kalamullah, karena di dalamnya ada Rahmat, pahala dan keberkahan.
Wallohua'lam
Nadhif
RLC
Darimana asal kalimat ini?
Keberadaan jin adalah hal yang mustahil untuk ditentukan secara pasti, karena sifatya yang ghaib.
Tetapi kalimat sejenis judul diatas bukan lah sebuah kesalahan jika hanya sebagai dugaan kuat saja.
Apakah kalimat diatas telah masuk wilayah ghaib secara berlebihan???
Sepertinya tidak.
Prosesnya mungkin begini.....
Pasien menceritakan bahwa dia mengalami sakit di bagian perutnya maka kemudian peruqyah menduga dengan kuat bahwa jin tersebut ada di perutnya.
Pasien mengatakan banyak keluhan di kepala dan sering mimpi buruk maka peruqyah menyimpulkan bahwa jin tersebut 'bekerja' di kepala pasien.
Atau
Pasien menceritakan bahwa ia gampang marah, maka kemudian peruqyah menyimpulkan jin ada di dada.
Dan seterusnya.
Seperti itulah cara berpikir sederhana dalam diagnosa.
Jadi peruqyah menyimpulkan posisi jin tersebut berdasarkan atas keluhan dan semua informasi yang disampaikan pasien.
Sifatnya dugaan.
Hal yang sama sebenarnya juga biasa dilakukan peruqyah, saat pasien mengatakan bahwa telah memakan atau meminum benda sihir, tentu para peruqyah akan menyimpulkan bahwa masalah terjadi di lambungnya disebabkan oleh benda sihir yang dimakannya.
Efek selanjutnya adalah, peruqyah akan memberikan herbal pencahar ( kasus sihir yang dimakan).
Darimana peruqyah memberikan kesimpulan lokasi sihir dan jin sihir tersebut ada di lambungnya, hingga memberikan herbal pencahar??
Jawabannya : "Dari data keluhan yang disampaikan pasien."
Itu pula yang akhirnya muncul kalimat hardikan saat ruqyah : *Hai jin yang ada di perut, Keluar!!!*
Ini alur cara berpikir sederhana, tidak rumit untuk dipahami in syaa Alloh.
Adakah pijakan yang bisa dijadikan sandaran tentang dugaan kuat lokasi jin??
Dari jalur Al Hasan, dari Utsman bin Abi Al 'Ash, dia bertutur :
" Saya mengadukan buruknya hafalanku akan Al Qur'an kepada Nabi, maka beliau bersabda, ' Itu syetan, namanya Khinzab. Mendekatkan kepadaku, wahai Ustman.'
kemudian beliau meletakkan tangannya diatas dadaku dan saya merasakan dinginnya diantara kedua pundakku.
Beliau berkata, " Hai, syetan, Keluar dari dada Utsman.!"
Dia berkata, ' Maka, tidaklah saya mendengar sesuatu pun setelah itu, kecuali saya menghafalnya'.
Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim Al 'Ashbahani dalam Dala'il An Nubuwwah hal 400-401. Dan Al Baihaqi dalam Ad Dala'il An Nubuwwah 5/307-308
Dalam riwayat ini Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam 'mendiagnosa' posisi syetan ada di dada Utsman, hingga beliau mengatakan keluar dari dada Utsman.
Kita bukan Nabi yang mengetahui secara pasti hal ini, tetapi kita masih bisa memberikan dugaan kuat, berdasarkan data keluhan yang disampaikan oleh pasien.
Ini pula yang sempat saya konfirmasi kepada Syaikh Abul Barra, pasca Daurah awal tahun 2017 lalu, dan menurut beliau, menyuruh jin keluar dengan menyebut organ tubuh pasien yang diduga kuat sebagai lokasi jin pengganggu tersebut adalah diperbolehkan.
Ini hanya bagian dari ikhtiar meruqyah dengan pemahaman atas Nash Nash yang ada. Dan ini hanya pilihan dalam proses terapi, bukan sesuatu yang harus selalu dipakai.
Satu satunya yang harus selalu dipakai dalam meruqyah adalah membacakan Kalamullah, karena di dalamnya ada Rahmat, pahala dan keberkahan.
Wallohua'lam
Nadhif
RLC
Tags
ARTIKEL RUQYAH