Kaidah Diagnosa
==============
~~~~~~~~~~~~
Yg paling penting adalah diagnosa sebelum melakukan terapi. Jgn sampai diagnosa menimbulkan kegelisahan dlm hati pasien.
Syekh Abdullah as-Sadhan dlm bukunya Qawaid ar-Ruqyah asy-Syar'iyyah , menulis satu kaidah yg berbunyi :
لَا تُوْهِمْ مَرِيْضَكَ أَثْنَاءَ تَشْخِيْصِكَ
"Jangan buat pasienmu cemas (ketakutan) saat engkau mendiagnosa".
1.
Seorg peruqyah tidak boleh berasumsi dan menduga-duga penyakit yg menimpa pasiennya.
2.
Oleh krn itu, hendaklah ia menggunakan pikiran, pengalaman atau eksperimen yg sudah teruji kebenarannya secara pasti.
Jgn sampai seorg peruqyah berpegang pd adat istiadat yg turun temurun atau berdasarkan prasangka. Sehingga dia tidak akan mampu menyelesaikan masalah yg menimpa pasiennya.
3.
Tugas seorg peruqyah adalah memastikan penyakit yg menimpa pasien agar tidak terjadi kesalahan dlm menentukan solusi.
Untuk itu, seorang peruqyah harus mampu memastikan masalah dari gejala-gejala yg ada.
5.
Timbulnya masalah penyakit mesti ditelusuri melalui sebab-sebabnya atau asal muasalnya yg kita sebut dgn sejarah penyakit (tarikh al-maradh).
Dari sejarah penyakit (sebab-sebabnya) itu, baru akan diketahui, apakah dia terkena sakit jiwa (psikis) atau penyakit fisik atau gangguan jin.
6.
Hal itu, akan menghindarkan peruqyah dr asumsi yg salah. Seorg peruqyah mengatakan hal yg berbeda dgn peruqyah berikutnya. Satu mengatakan sihir, yg kedua bilang ain, yg ketiga vonis kena penyakit lain.
7.
Vonis yg salah akan menimbulkan kecemasan pd pasien dan keluarganya sehingga penyakitnya bertambah parah. Penyakit yg seharusnya hanya bersifat fisik bertambah dgn penyakit jiwa (pikiran).
8.
Terakhir, sebaiknya seorg peruqyah tidak baik mengatakan sesuatu yg belum pasti. Dan sebaik-baik keputusan adalah menyampaikan hal dapat menenangkan daripada mengatakan hal yg akan menyusahkan.
Wallahu a'lam.
=========
Musdar Bustamam Tambusai
Kajang, Kuala Lumpur : 29 Agustus 2017.
==============
~~~~~~~~~~~~
Yg paling penting adalah diagnosa sebelum melakukan terapi. Jgn sampai diagnosa menimbulkan kegelisahan dlm hati pasien.
Syekh Abdullah as-Sadhan dlm bukunya Qawaid ar-Ruqyah asy-Syar'iyyah , menulis satu kaidah yg berbunyi :
لَا تُوْهِمْ مَرِيْضَكَ أَثْنَاءَ تَشْخِيْصِكَ
"Jangan buat pasienmu cemas (ketakutan) saat engkau mendiagnosa".
1.
Seorg peruqyah tidak boleh berasumsi dan menduga-duga penyakit yg menimpa pasiennya.
2.
Oleh krn itu, hendaklah ia menggunakan pikiran, pengalaman atau eksperimen yg sudah teruji kebenarannya secara pasti.
Jgn sampai seorg peruqyah berpegang pd adat istiadat yg turun temurun atau berdasarkan prasangka. Sehingga dia tidak akan mampu menyelesaikan masalah yg menimpa pasiennya.
3.
Tugas seorg peruqyah adalah memastikan penyakit yg menimpa pasien agar tidak terjadi kesalahan dlm menentukan solusi.
Untuk itu, seorang peruqyah harus mampu memastikan masalah dari gejala-gejala yg ada.
5.
Timbulnya masalah penyakit mesti ditelusuri melalui sebab-sebabnya atau asal muasalnya yg kita sebut dgn sejarah penyakit (tarikh al-maradh).
Dari sejarah penyakit (sebab-sebabnya) itu, baru akan diketahui, apakah dia terkena sakit jiwa (psikis) atau penyakit fisik atau gangguan jin.
6.
Hal itu, akan menghindarkan peruqyah dr asumsi yg salah. Seorg peruqyah mengatakan hal yg berbeda dgn peruqyah berikutnya. Satu mengatakan sihir, yg kedua bilang ain, yg ketiga vonis kena penyakit lain.
7.
Vonis yg salah akan menimbulkan kecemasan pd pasien dan keluarganya sehingga penyakitnya bertambah parah. Penyakit yg seharusnya hanya bersifat fisik bertambah dgn penyakit jiwa (pikiran).
8.
Terakhir, sebaiknya seorg peruqyah tidak baik mengatakan sesuatu yg belum pasti. Dan sebaik-baik keputusan adalah menyampaikan hal dapat menenangkan daripada mengatakan hal yg akan menyusahkan.
Wallahu a'lam.
=========
Musdar Bustamam Tambusai
Kajang, Kuala Lumpur : 29 Agustus 2017.
Tags
ARTIKEL RUQYAH