Gangguan Jin pada peruqyah bukan Aib

Rasulullah pernah tersihir orang bernama Labib bin Al-A 'sham (seorang yahudi) dimana Rasulullah merasa melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya.

Nabi Ayub pernah diganggu setan, Allah Ta'ala mengisahkan :
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ
”dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: “Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan”. (Qs. Shuad (38): 41).

Belum lagi kisah Nabi Isa yang dibawa Iblis keatas bukit, bahkan Nabi adam yang di ganggu Iblis.

Para Nabi dan Rasul saja tidak malu untuk mengakuinya dan kisah terkena gangguannya para utusan Allah itu pasti ada hikmah dan ibroh yang bisa kita ambil pelajaran.

Kita dalam meruqyah kadang ada gangguan dari bangsa jin dan setan, seperti menyaksikan penampakan jin, tangan terasa panas dan sakit, mendapati ada bau aneh (harum atau busuk) dan beragam gangguan lainnya. Hal ini justru kadang jika memang pas momentnya dapat diceritakan dan bukan harus menjadi aib dan cela sebab bagaimana umat Islam yg ingin jadi peruqyah mewaspadai gangguan jin jika tidak mendapatkan ibroh dari pengalaman peruqyah lain.

Bahkan kadang peruqyah harus jujur bahwa dirinya juga manusia biasa yang kadang ketika ruqyah mandiri masih bisa terjadi efek muntah atau masih ada reaksi.

Mari selalu berbaik sangka dengan peruqyah yang menceritakan gangguan jin yang didapat peruqyah sebab itu hal sangat biasa terjadi dan tidaklah membuat peruqyah menjadi takut justu menambah semangat dalam jihad.

Dibalik gangguan jin pada peruqyah juga biasanya terselip tipu daya jin, peruqyah jangan menjadikan gangguan jin seperti melihat penampakan jin, membaui bau aneh, merasakan sensasi pada saat meruqyah sebagai suatu kelebihan melainkan kewaspadaan untuk menjerumuskan peruqyah seolah mendapatkan karomah namun hakikatnya gangguan dan tipu daya jin.

Wallahu a'lam....