[Di Antara Trik Setan Menyerang Rumah: Mengutus Hewan]
Hasan Al-Jaizy
Bismillah. Moga ini bermanfaat. Setan dari kalangan jin -baik suruhan maupun sukarela- yang menyerang rumah (yakni: penghuni rumah tertentu) memiliki beragam macam trik. Kadang mereka tercegat masuk rumah karena penghuninya mengucapkan salam atau berdzikir kala masuk rumah. Tetapi bisa pula sebelum masuk rumah, penghuni dibuat lupa salam; sehingga mereka mudah 'nyelonong' masuk. Atau jika sudah tidak bisa lewat pintu depan, mereka masuk lewat cara lain. Atau mereka cukup melakukan sihir dari luar rumah. Semua ini adalah hal yang diberikan oleh Allah Ta'ala; untuk mengetahui siapa yang bersabar dan berjihad di antara manusia.
Di antara trik setan menyerang rumah adalah mengutus atau menyetir hewan yang normalnya masuk rumah manusia. Sebelumnya, saya sampaikan satu hadits:
فَإِنَّ لِلْجِنِّ انْتِشَارًا وَخَطْفَةً، وَأَطْفِئُوا المَصَابِيحَ عِنْدَ الرُّقَادِ، فَإِنَّ الفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا اجْتَرَّتِ الفَتِيلَةَ فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ البَيْتِ
"Sesungguhnya jin itu berkeliaran dan melakukan penculikan. Matikan lentera di saat tidur karena sesungguhnya binatang fasik (tikus) itu kadang menarik sumbu lampu sehingga membakar penghuni rumah tersebut." [H.R. Al-Bukhary]
Dalam riwayat Atha', lafal al-jinn diganti dengan asy-syaithan. Baiklah. Secara khusus, yang dimaksud adalah setan dari jenis jin.
Saya sebutkan satu persatu secara urut faedah dari hadits di atas:
[1] Setan tersebar di mana-mana.
[2] Setan bisa melakukan penculikan. Dikenal di tradisi kita dengan sebutan 'digondol wewe', diculik jurig/demit atau semacamnya. Dan hal ini pernah terjadi di zaman sahabat. Juga Ibnu Taimiyyah pernah mengisahkannya di zamannya. Bahkan, salah satu orang tua di keluarga besar kami juga pernah jadi korban.
[3] Disunnahkan tidur tidak dalam keadaan terang karena pelita.
[4] Sadd Dzari'ah tertetapkan dengan dalil hadits ini.
[2] Setan bisa melakukan penculikan. Dikenal di tradisi kita dengan sebutan 'digondol wewe', diculik jurig/demit atau semacamnya. Dan hal ini pernah terjadi di zaman sahabat. Juga Ibnu Taimiyyah pernah mengisahkannya di zamannya. Bahkan, salah satu orang tua di keluarga besar kami juga pernah jadi korban.
[3] Disunnahkan tidur tidak dalam keadaan terang karena pelita.
[4] Sadd Dzari'ah tertetapkan dengan dalil hadits ini.
Rupa-rupanya ada tafsiran menarik tentang perilaku 'fuwaisiq' (binatang kotor yang kecil) semacam tikus itu. Perhatikan kalam Ibnu Hajar:
الْأَصْلُ فِي جَمِيعِ ذَلِكَ يَرْجِعُ إِلَى الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ هُوَ الَّذِي يَسُوقُ الْفَأْرَةَ إِلَى حَرْقِ الدَّارِ
"Asalnya semua itu kembali ke setan (dari kalangan jin). Dialah si setan yang menyetir tikus itu agar rumah terbakar." [Fathul Bary 6/357]
Binatang-binatang kecil yang mengganggu normalnya adalah binatang, tetapi tidak hanya satu kasus pernah kami hadapi, gangguan dan eksistensi mereka seperti 'kiriman'.
Dukun santet kadang diberi tugas oleh seseorang atau golongan dengan kontrak sekian tahun untuk mengganggu dan mencelakakan suatu keluarga (terutama keluarga kaya atau shaleh). Jika kepala keluarganya shaleh, maka ia akan merusak istrinya. Biasanya menghasut istrinya dengan pikiran-pikiran kiriman agar berpisah dengan suami dan hancurlah RT. Jika rupanya istrinya adalah shalehah dan dilindungi Allah, si dukun akan mengincar anaknya. Yang diincar adalah anak perempuan; karena perempuan lebih mudah dipermainkan, selain karena masalah 'perasaan' yang lebih dikedepankan, perempuan juga punya momentum yang jauh dari shalat. Kalau tidak puas dukunnya, maka main pakai binatang, baik berupa tikus, kelabang, kalajengking, ular kecil, sampai serangga seperti nyamuk pun bisa.
Itu semua dengan izin Allah, untuk menguji orang beriman.
Binatang-binatang itu menjadi pasukan setan; yang dikomandoi setan agar membuat stress penghuni rumah.
Oleh karena itu, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, membuat satu bab dengan tarjamah:
ذِكْرُ الْبَيَانِ بِأَنَّ الْفُوَيْسِقَةَ تُضْرِمُ عَلَى أَهْلِ الْبَيْتِ بَيْتَهُمْ بِأَمْرِ الشَّيْطَانِ إِيَّاهَا ذَلِكَ
"Menyebut Penjelasan Bahwa Hewan Fuwaisiqah (Semacam Tikus dll) Membakar Rumah Untuk Penghuninya dengan Perintah Syaithan Padanya Untuk Melakukan Itu"
Kemudian, beliau sebut dengan sanad yang didhaifkan oleh Syu'aib al-Arna'uth dan dihukumi haditsnya sebagai Shahih li Ghayrihi dan sebelumnya telah dishahihkan oleh al-Albany, hadits:
إِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوا سُرُجَكُمْ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدُلُّ مِثْلَ هَذِهِ عَلَى هَذَا فَتُحْرِقُكُمْ
"Jika kalian tidur, maka padamkan pelita kalian. Sesungguhnya setan membimbing binatang semacam ini pada pelita hingga ia membakar kalian." [Juga diriwayatkan oleh Abu Daud dan al-Hakim]
Untuk hewan-hewan seperti ini, kadang memang belum cukup membaca dzikir semata, melainkan harus melakukan sebab-sebab (yakni: ikhtiyar fisik) untuk menangkalnya, seperti menutup lubang-lubang, memadamkan lampu (sebagaimana di hadits), menutup saji makanan dan seterusnya.
Saya pernah dihadapkan kasus seorang ikhwan kamarnya sering kedatangan hewan-hewan fuwaisiq ini, sampai ular pun pernah ada walau kecil. Sumbernya selalu dari satu tempat. Nyamuknya pun banyak. Begitu katanya. Padahal dulunya tidak. Lalu saya bacakan ayat-ayat ruqyah via HP, beliau muntah-muntah. Beberapa kali kita lakukan ini. Dan herannya, saat saya telepon, para nyamuk menghilang. Tidak ada kecoa, tikus, ular, kalajengking dan kelabang terlihat di kamar.
Usut punya usut, ini murni kasus berkaitan dengan jin. Lebih spesifik lagi, disebabkan tanah samping rumahnya yang ada pepohonan, blumbang (semacam danau mini) dan rerumputan, dibangun oleh keluarganya menjadi rumah. Dendam, akhirnya mereka melampiaskan dengan gangguan semacam itu. Namun kasus ini tidak ada kaitannya dengan perdukunan.
Beda kasus jika ada kaitannya dengan perdukunan. Biasanya kalau sudah begini, penyebabnya imma ada yang menyuruh dukun tersebut (entah motif dendam, saingan dagang, iri, atau sebal dengan kesalehan keluarga), atau memang murni dukun itu sendiri yang kepingin menyantet tanpa diminta siapapun (entah apapun motifnya, di antara motifnya: merasa terganggu).
Bahkan, kajian ilmiah pun ada yang disantet. Hanya saja, madharatnya justru berbalik ke dukun. Karena power kajian ilmiah, terutama kajian Tafsir, dan Tauhid, itu terlalu besar. Dan itu juga tergantung orang-orang yang ikut kajian juga. Jika tidak bisa menyerang ke fisik para hadirin, maka dukun dan setan-setannya menyerang dengan cara menghasut. Jika para hadirin Allah lindungi dari saling menghasut, maka para setan berusaha menghasut para warga yang tidak punya filter dan pendidikan aqidah. Bahkan cara terakhir ini lebih efektif.
Begitu juga dalam berumahtangga, setan akan berusaha menghasut suami apalagi istri. Bagaimana dan bagaimana caranya agar keduanya berpisah. Jikapun tetap bersama, bagaimana caranya agar mereka berdua hidup dalam kelalaian, sehingga keturunannya adalah orang-orang lalai dan bodoh. Sehingga sekeluarga saat di akhirat nanti, bertemu mereka para setan yang selama di dunia menjerumuskan sekeluarga. Nas'alulllah as-salaamah!
Tetapi, jika kita tahu Allah lah yang memberi taufiq pada siapa yang Dia kehendaki, maka wajar kita melihat ada satu ikhwan di keluarga non-religius justru menjadi ustadz, atau satu akhwat di keluarga non-religius, justru tertarik kajian malah bercadar. Emas di tengah dedaunan kering terasa lebih berharga dan lebih penuh romantika dibandingkan emas ditengah emas. Sebagaimana kesabaran di tengah keroyokan para setan adalah lebih berharga dibanding kesabaran di tengah kelapangan.
Wallahul musta'an.
Tags
ARTIKEL RUQYAH