Tak jarang kita dapati seorang peruqyah berucap kepada jin yang merasuki pasien dengan ucapan semisal:
"Semakin kamu berontak, kamu akan semakin lemah..."
"Semakin kamu berontak, kamu akan semakin lemah..."
"Kamu akan binasa dengan ayat² Allàh..."
"Keluarlah, atau kau akan terbakar dengan ayat yang saya baca..."
Dan kalimat² semisal yang lain, namun sebagai manusia, kadang peruqyah khilaf dalam menyisipkan kalimat "istisna", kalimat ucapan "in-syà Allàh".
Ketahuilah, kalimat ini bisa jadi teranggap sepele, ternilai remeh, namun tahukah faktanya, sadarkah sesungguhnya, bahwa kalimat ini sangat dahsyat efeknya?
Kalimat yang bisa jadi luput dari perhatian peruqyah dan kebanyakan dari kita, padahal sejatinya;
Melupakannya adalah kemalangan dan kekalahan, sebagaimana Rasùlullàh shallallàhu 'alayhi wa sallam pernah ditanya mengenai kisah Ashabul Kahfi, Dzul Qarnayn, dan ruh, lalu beliau mengatakan kepada orang yang bertanya bahwa jawabannya diberikan esok harinya, qadarullàh beliau khilaf mengucapkan kalimat istisna, yang dengan sebab ini wahyu terhenti selama 15 hari, dan beliau tidak mendapat jawaban dari Allàh Ta'àlà akan pertanyaan tersebut.
Kedahsyatannya membuat kaum Nabi Musa tidak lagi dipersulit (mendapat kemudahan) atas izin Allàh, oleh karena sikap mereka mempersulit diri mereka sendiri atas perintah Allàh mengenai perihal sapi yang akan disembelih, dan seandainya mereka tidak mengucapkan kalimat istisna, niscaya tidak dijelaskan sifat² sapi itu hingga akhir zaman.
Kedahsyatannya sanggup menjebol tembok Yajuj dan Majuj, saat mereka mencoba berkali² membuat lubang untuk jalan keluar, mereka tak berhasil, namun qadarullàh Allàh taqdirkan mereka mengucapkan kalimat istisna, dan akhirnya tembok nan kokoh itu pun jebol, dan mereka diizinkan keluar.
Maka jangan pernah sekali² meninggalkan kalimat istisna, ucapan "in-syà Allàh", kalimat yang dengannya rahmat dan pertolongan Allàh turun!
"Janganlah kamu sekali² mengatakan, 'Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,' kecuali dengan mengatakan in-syà Allàh." (QS. Al-Kahfi: 23-24)
#Renungan_Malam
"Keluarlah, atau kau akan terbakar dengan ayat yang saya baca..."
Dan kalimat² semisal yang lain, namun sebagai manusia, kadang peruqyah khilaf dalam menyisipkan kalimat "istisna", kalimat ucapan "in-syà Allàh".
Ketahuilah, kalimat ini bisa jadi teranggap sepele, ternilai remeh, namun tahukah faktanya, sadarkah sesungguhnya, bahwa kalimat ini sangat dahsyat efeknya?
Kalimat yang bisa jadi luput dari perhatian peruqyah dan kebanyakan dari kita, padahal sejatinya;
Melupakannya adalah kemalangan dan kekalahan, sebagaimana Rasùlullàh shallallàhu 'alayhi wa sallam pernah ditanya mengenai kisah Ashabul Kahfi, Dzul Qarnayn, dan ruh, lalu beliau mengatakan kepada orang yang bertanya bahwa jawabannya diberikan esok harinya, qadarullàh beliau khilaf mengucapkan kalimat istisna, yang dengan sebab ini wahyu terhenti selama 15 hari, dan beliau tidak mendapat jawaban dari Allàh Ta'àlà akan pertanyaan tersebut.
Kedahsyatannya membuat kaum Nabi Musa tidak lagi dipersulit (mendapat kemudahan) atas izin Allàh, oleh karena sikap mereka mempersulit diri mereka sendiri atas perintah Allàh mengenai perihal sapi yang akan disembelih, dan seandainya mereka tidak mengucapkan kalimat istisna, niscaya tidak dijelaskan sifat² sapi itu hingga akhir zaman.
Kedahsyatannya sanggup menjebol tembok Yajuj dan Majuj, saat mereka mencoba berkali² membuat lubang untuk jalan keluar, mereka tak berhasil, namun qadarullàh Allàh taqdirkan mereka mengucapkan kalimat istisna, dan akhirnya tembok nan kokoh itu pun jebol, dan mereka diizinkan keluar.
Maka jangan pernah sekali² meninggalkan kalimat istisna, ucapan "in-syà Allàh", kalimat yang dengannya rahmat dan pertolongan Allàh turun!
"Janganlah kamu sekali² mengatakan, 'Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,' kecuali dengan mengatakan in-syà Allàh." (QS. Al-Kahfi: 23-24)
#Renungan_Malam
Tags
ARTIKEL RUQYAH