Ahyar Al Banjary
Saat kesurupan massal, tidak semua yang diruqyah adalah mereka yang kesurupan, tapi juga mereka yang pingsan. Salah seorang pembina yang menyaksikan sendiri, siswinya yang pingsan saya ruqyah langusng bereaksi. Dan saya jelaskan, pingsan yang aneh dan tanpa sebab medis memang kadang karena ulah jin yang bersarang di jasadnya. Benar saja, 3 siswi yang sering pingsan ini pun bersarang jin kafir di jasadnya.
Setelah meruqyah siswi pertama dan kedua, giliran siswi ketiga yang baru dijemput oleh sang guru dari kelasnya. Saat masuk ruangan tepatnya di ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), sang siswi yang pernah berobat ke dukun itu tiba-tiba lemas dan merasa gugup.
"Kamu kenapa?"
"Tidak tahu, badan saya lemas semua"
ntah apa penyebabnya, kadang sebelum diruqyah jin ketemu peruqyah udah bereaksi duluan. Wallahu 'alam.
Tiba-tiba temannya yang mengantarnya memberitahu bahwa, siswi tersebut baru saja membuang jimatnya di bak sampah. Saya pun meminta temannya tersebut mengambilnya, agar diruqyah dulu dan dibakar. Ternyata jimatnya adalah bawang putih tunggal.
"Dikasih siapa ini?" tanyaku.
"Sama orang yang ngobati saya"
"Buat apa?"
"Saya ga tau, katanya pakai aja, dan harus dibawa"
"Saya hancurkan ya.. iklas tidak?"
Mengangguk.
Seperti biasa, sebelum ruqyah saya meminta pasien juga berwudhu, dan selalu mengawalinya dengan memahamkan hakikat kesembuhan Qurani, agar tidak dzolim, terutama minta maaf dan memaafkan.
Alhamdulillah, saat diruqyah jin lemas dan tak berdaya hingga lunglai. Setelelah didakwahi semua jin mau masuk Islam dan bertaubat. Kecuali jin di tubuh siswi ketiga ini, mencoba mendustasi saya dengan berpura-pura keluar. Meskipun jin sudah bersyahadat tidak menjadi jaminan jin benar2 bertaubat dan sudah keluar. Setelah jin keluar tubuh ketiganya lemas, kemudian saya menganjurkan mereka meminum herbal habattusauda yang selalu saya bawa, masing2 3 kapsul. Setelah itu dilanjutkan dengan megajarinya ruqyah mandiri, dan tazkiyantun nafs.
Dari sini terungkaplah, bahwa siswi tersebut ternyata juga indigo. Ia pun bercerita bahwa sering melihat jin berkeliaran di kamanya.
"Mereka itu ada bentuknya seperti anjing, ada yang tubuhnya berwarna merah pekat, dia sering memandangi saya, hingga kaki saya jadi kram," katanya.
Ya ayyunnas, apapun bentuknya, tetaplah setan itu bukan mahluk yang menyeramkan dan tidak sepantasnya untuk kita takuti, takutlah hanya pada Allah. Karena setan itu lemah, kecil, kerdil, dan jin itu adalah makhluk halus yang imut-imut, tapi jadi amit-amit kalau masuk ke tubuh manusia.
Alhamdulillah setiap meruqyah seorang pelajar, saya pun berkesempatan mendakwahi mereka agar menjauhi pacaran dan menutup aurat. Pacaran, adalah pintu dari kemaksiatan. Mereka pun kaget dan saling mengatai satu sama lain. "Tuh, putusin ntar pacar kamu"
"Kamu juga" ujar siswi lainnya menimpali.
Ketahuilah, orang yang berpacaran sebelum menikah itu bagaikan berada di sebuah ruangan, dan ruangan tersebut memiliki pintu2, yakni segela jenis pintu zinah, pintu kedustaan, dan pintu maksiat lainnya, dan mereka bebas masuk ke pintu mana saja karena memiliki kuncinya. Yakni status pacaran.
Bohong jika ada yang mengatakan, kami pacaran Islami, saya bisa terima jika dikatakan pacaran Islami itu, menikah dulu baru pacaran. Maka yang haram jadi halal, yg dosa jadi ibadah. Bahkan pacaran jarak jauh sekalipun, tidak luput dari zinah hati dan penuh kebohongan.
syaitan sangat mudah masuk ke jasad orang yang lalai dari mengingat Allah, apalagi yang suka maksiat. Bahkan orang yang rajin beribadah, ustaz, bahkan penghafal Alquran sekilpun tidak lepas dari gangguan syaitan dari golongan jin dan manusia.
Maka dari itu, saya mengimbau kpada para remaja putri, terutama binaan saya, yang masih bau dibina. Jauhilah pacaran, perjalanan kalian masih panjang. Jodoh terbaik telah Allah siapkan untuk kalian. saat ini belum saatnya. Begitu juga bagi yang putra.
Ingatlah, tugas kita bukan mencari siapa dan di mana dia saat ini. tapi memantaskan diri untuk orang yang kita ingini. Jika keimanan kita tidak setanding dengan keimanannya, maka pegang janji Allah.
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (An Nuur: 26).