4 Cara Dialog Manusia Dengan Jin
Banyak buku-buku atau kaset-kaset yang judul covernya tentang
“Dialog dengan Jin”. Di antaranya; Dialog dengan Jin Muslim oleh Muhammad lsa
Daud, Dialog dengan Jin Kafir oleh Muhammad ash-Shayim. Atau kaset yang judulnya
“Dialog dengan raja jin”. Sebagaimana juga kita sering mendengar cerita seorang
kyai, ustadz atau tokoh agama, serta orang yang mengaku sebagai ahli spiritual
mampu berkomunikasi dengan jin. Bahkan di antara mereka ada yang mengaku
berkoalisi dengan jin dan ada juga yang mengaku punya piaraan jin. Yang jadi
pertanyaan adalah, “Bagaimana cara mereka bisa berkomunikasi dengan jin atau
menjadikannya sebagai patner, dan bolehkah kita percaya pada omongan
jin???”.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya dialog
antara manusia biasa (bukan nabi atau rasul) dengan jin.
Pertama, jin datang sendiri kepada manusia dengan menampakkan
diri dan menyerupai sosok tertentu sehingga bisa dilihat oleh manusia dan
berdialog dengannya. Seperti penampakan lblis di kalangan orang kafir Quraisy
di Darun Nadwah lalu terjadi dialog di antara mereka (Tafsir lbnu Katsir:
2/379). Penampakan lblis di tengah pasukan kafir Quraisy saat mau berkecamuk
Perang Badar lalu terjadi dialog di antara mereka (Tafsir lbnu Katsir: 2/317).
Penampakan syetan sebagai sosok manusia di gudang zakat lalu terjadi dialog
dengan penjaganya, Abu Hurairah (HR. Bukhari). Penampakan jin di rumah Ubay bin
Ka’ab lalu terjadi dialog antara keduanya (HR. Nasa’i). Dan ada juga
orang-orang pada masa sekarang yang melihat penampakan, lalu mereka berdialog
dengan ‘sosok misteri itu’, lalu sosok itu menghilang. Syari’at lslam telah
membenarkan proses terjadinya dialog antara manusia dengan iin yang menampakkan
diri.
Kedua, jin datang ke manusia tanpa menampakkan diri. Ia
datang hanya dengan suara dan bisikan, dan ini adalah termasuk bentuk gangguan
syetan. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, “Syetan akan mendatangi salah
seorang dari kalian seraya bertanya, ‘Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan
ini?’ sampai pada pertanyaan, ’Siapa yang menciptakan Allah?’ Barangsiapa
mendapati dalam dirinya pertanyaan tersebut, maka berlindunglah kepada Allah
(baca lsti’adzah), dan hendaklah menghentikannya (mengakhirinya),” (HR.
Bukhari).
Begitu juga kedatangan syetan ke dukun-dukun untuk memberikan
kepada mereka informasi, bisikan atau wangsit. Aisyah berkata, “Orang-orang
datang ke Rasulullah dan bertanya tentang dukun-dukun’. Rasulullah SAW
menjawab, ‘Mereka itu tidak ada apa-apanya’. Lalu ada yang berkata: ‘Wahai
Rasulullah, sesungguhnya mereka kadang-kadang memberitahu kepada kami berita
(ramalan) yang benar-benar terjadi’. Rasulullah menjawab, ‘Berita itu bersumber
dari kebenaran yang telah dicuri Jin, kemudian disampaikan ke telinga walinya
(para dukun). Tapi jin telah mencampur kebenaran dengan seratus kebohongan”.
(HR. Bukhari). Mantan dukun yang sudah taubat di hadapan Rasulullah pernah
ditanya oleh Umar bin Khatthab, “Apakah jin perewanganmu masih mendatangimu?”
Dukun yang sudah taubat itu menjawab, “Sejak saya rajin membaca al-Qur'an, dia
tidak pernah datang lagi. Sebaik-baik pengganti adalah al-Qur’an.” (A’lamun
Nubuwwah: 127).
Ketiga, jin tidak datang dengan sendirinya tapi didatangkan
atau diundang. Diundang dengan membaca mantra atau melakukan
ritual-ritual menyimpang. Cara inilah yang biasanya dipakai oleh dukun, tukang
sihir, tukang ramal atau orang-orang yang sejenis mereka. Setelah mereka
membaca mantra atau melakukan ritual menyimpang, jin yang dimaksud akan datang.
Kedatangannya bisa berbentuk penampakan atau hanya berupa suara saja,
sebagaimana yang pernah diceritakan mantan dukun yang telah bertaubat ke
Majalah Ghoib. Setelah jinnya datang, terjadilah dialog antara dia dengan si
pengundang. Biasanya orang yang mengundang jin dengan cara seperti ini butuh
bantuan dari jin tersebut, dan banyak ragam bantuan yangmereka butuhkan.
Koalisi seperti ini dilarang oleh syari’at lslam dan merupakan kesyirikan.
Allah berfirman, “Dan bahwasanya ada beberapa orang
laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di
antara jin, maka jin-iin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS.
Al-Jin: 6).
Keempat, dialog dengan cara mediumisasi. Cara ini ada dua
macam.
Pertama, dengan menghadirkan seorang manusia, lalu ia melakukan
ritual (gerakan) atau baca mantra untuk mengundang jin yang dimaksud, agar
masuk ke jasad manusia yang disiapkan untuk jadi mediator. Lalu terjadilah
dialog antara pengundang dengan jin melalui mediator tersebut. Cara ini tidak
dibenarkan syari’at dan juga tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW, dan
biasanya ada unsur kesyirikan di dalamnya. Karena yang hadir ke mereka bisa
dipastikan adalah jin jahat atau syetan, kalau pun ia muslim, biasanya muslim
yang munafik. Sedangkan jin muslim shalih tidak akan memperdaya manusia atau
menyeret mereka ke lembah dosa. lngat! misi utama syetan adalah menyesatkan
manusia. Mereka tidak membantu manusia kecuali untuk menyesatkan manusia
tersebut.
Kelima, adalah menggunakan orang yang kesurupan. Ada orang
yang diganggu jin atau kesurupan, lalu dilakukan terapi ruqyah padanya, dan
saat ruqyah dibaca, terkadang jinnya mau berbicara atau berdialog dengan
manusia lewat mulut orang yang terganggu. Kalau ruqyahnya syirkiyyah (bermuatan
syirik), maka lslam mengharamkannya. Tapi kalau ruqyahnya syar’iyyah sebagai
mana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW, maka hal itu dianjurkan. Apabila
dengan dibacakan ayat dan do’a Rasulullah, jin yang di dalam tubuh orang
tersebut bereaksi dan mau berbicara, maka terjadilah dialog. Tapi kalau
tidak mau berbicara atau berdialog, kita tidak boleh memaksanya.
Apalagi melakukan tindak kekerasan seperti memukul atau menendangnya agar ia
mau bicara. Bacalah ruqyah terus-menerus, sampai jin itu teriak atau merasa
kesakitan, lalu kabur dari badan orang tersebut. Kalaupun tidak terlihat reaksi
yang berarti, janganlah putus asa. Berdo’alah terus kepada Allah agar gangguan
yang ada segera dihilangkan atau disembuhkan.
Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata: “... Saat jin
atau syetan itu masuk dalam diri manusia terkadang ia berbicara melalui lisan
orang tersebut. Orang di sekitarnya yang mendengar ucapan itu mengetahui bahwa
yang berbicara itu bukanlah manusia yang kesurupan, tapi jin yang ada di dalam
dirinya. Maka dari itu terkadang kita menjumpai dalam Perkataannya itu berbeda
dengan perkataan orang yang sebenarnya saat ia tersadar, perbedaan itu terjadi
karena yang berkata adalah jin melalui lisan orang tersebut.
Kita memohon
kepada Allah semoga Dia melindungi kita semua dari gangguan kesurupan semacam
itu dan juga bencana lainnya. Kesurupan seperti itu pengobatannya melalui
bacaan (ruqyah) dari orang yang baik, alim dan shalih. Kadang-kadang jin
tersebut mau berbicara dan memberi tahu mereka tentang sebab manusia itu
kesurupan, tapi terkadang juga ia tutup mulut. Dan kebenaran dari merasuknya
iin ke tubuh manusia telah ada dalilnya dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta
realita yang terjadi.” (Syarhu Riyadhish Shalihin: I/177 - 178).
Yang perlu dicatat dalam masalah yang berkaitan dengan dialog
dengan jin saat melakukan ruqyah adalah: Jangan berlebihan dalam melontarkan
materi pertanyaan, seperti tanya soal jodoh, rizki atau prilaku seseorang.
Karena hal itu adalah urusan Allah, bukan urusan jin. Fokuslah pada hal yang
berkaitan dengan proses terapi. Berikanlah nasehat agama kepadanya agar ia
bertaubat kepada Allah dan tidak melakukan kedzaliman lagi. Kalau ia mengaku
agamanya non muslim, ajaklah ia masuk lslam. Kalau ia masuk lslamnya pura-pura,
itu bukan urusan Anda, Allah yang Maha Tahu, yang penting kita sudah
menyampaikan kebenaran. Kalau ia mengaku masuknya melalui sihir, tanyakan di
mana letak sihirnya. Tapi waspadalah! Bisa jadi ia membohongi Anda. Timbanglah
dengan al-Qur’an dan al-Hadits, atau konfrontasikan dengan realita yang ada.
Jangan langsung percaya omongan mereka. Apalagi kalau dia menyebutkan pelaku
sihirnya. Kalau tidak ada bukti, jangan terprovokasi!!!
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 44/3
Tags
ARTIKEL RUQYAH