ADA SESEORANG SELALU MENGELUH KENAPA GA PERNAH SEMBUH-SEMBUH PENYAKITNYA, KETIKA MELAKUKAN RUQYAH SEMBUH LALU TIDAK BEBERAPA LAMA KEMUDIAN KAMBUH LAGI,MERUQYAH MANDIRI SEMBUH NAMUN TETAP KAMBUH LAGI.
MAKA KISAH
INI SEMOGA MENJADI IBROH KESABARAN DAN KEISTIQAMAHAN MELAKUKAN RUQYAH
DAPAT MENYEMBUHKAN DENGAN IZIN ALLAH SEORANG ANAK YANG MENDERITA SAKIT
PARAH YANG BERULANG PENYAKITNYA NAMUN SANG IBU DENGAN ISTIQAMAH DAN
SABAR MERUQYAH ANAKNYA HINGGA ALLAH MEMBERIKAN KESEMBUHAN SEMPURNA PADA
ANAKNYA TERSEBUT.
........................................................................................
Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al ‘Arifi dalam bukunya ‘Jangan Takut
Sakit’ (hal 111-117, penerbit Fawaid, -dengan sedikit penyesuaian)
menuturkan sebuah kisah:
Dr. Abdullah bercerita,
“Ada
seorang perempuan yang datang kepada saya dengan menyeret
langkah-langkah kakinya, ia menggendong anaknya yang tersiksa oleh
penyakit.
Ia adalah seorang ibu yang berusia mendekati empat
puluh tahun. Ia memeluk anaknya yang masih kecil ke dadanya, seakan-akan
anak tersebut adalah potongan tubuhnya. Kondisi anak itu
memprihatinkan, terdengar satu dua tarikan nafas dari dadanya.
Saya bertanya kepada si ibu, ‘Berapa umurnya?’
Ia menjawab, ‘Dua setengah tahun.’
Kami melakukan pemeriksaan kepada anak itu, ternyata anak itu bermasalah dalam pembuluh-pembuluh darah di livernya.
Kami segera melakukan tindakan operasi kepadanya, dan dua hari setelah
operasi, anak itu sudah sehat. Sang ibu pun tampak gembira dan riang.
Ketika melihat saya, ia bertanya, ‘Kapan anak saya boleh pulang dok?’
Tatkala saya hampir menulis surat keterangan pulang, tiba-tiba anak
kecil itu mengalami pendarahan hebat di tenggorokannya, sehingga
menyebabnya jantungnya berhenti berdetak selama 45 menit.
Kesadaran anak tersebut sudah hilang. Lalu para dokter berkumpul di
dalam ruangannya. Beberapa jam telah berlalu, namun mereka tidak sanggup
membuatnya tersadar.
Salah seorang teman saya segera
mendatangi ibunya dan berkata kepadanya, ‘Kemungkinan anak Anda
mengalami kematian otak (koma) dan saya mengira bahwa ia tidak memiliki
harapan untuk hidup.’ Saya menoleh kepada teman saya tersebut sambil
mencelanya karena ucapannya tersebut.
Lalu saya melihat kepada
si ibu, demi Allah, perkataan teman saya itu tidak menambah selain ia
mengucapkan, ‘Penyembuh adalah Allah, Pemberi kesehatan adalah Allah.’
Kemudian ia terus menerus membaca, ‘Saya memohon kepada Allah jika ada kebaikan pada kesembuhannya, maka sembuhkanlah ia.’
Setelah itu ia diam dan berjalan menuju sebuah kursi kecil, lalu duduk.
Kemudian ia mengambil mushaf kecilnya yang berwarna hijau dan
membacanya.
Para dokter pun keluar, saya juga keluar bersama
mereka. Saya berjalan melewati anak itu, kondisinya belum berubah,
sesosok tubuh yang terbujur kaku laksana mayat di atas tempat tidur
putih. Lalu saya menoleh kepada ibunya, keadaannya juga masih tetap
seperti sebelumnya.
Satu hari ia membacakan Al-Qur’an kepada
anaknya; satu hari membacanya dan satu hari setelannya mendoakannya.
Beberapa hari kemudian, salah seorang perawat perempuan memberitahu saya
bahwa anak itu sudah mulai bergerak, saya langsung memuji Allah.
Saya berkata kepada si ibu, ‘Wahai Ummu Yasir, saya sampaikan kabar gembira kepada Anda bahwa keadaan Yasir mulai membaik.’
Ia hanya mengucapkan satu ucapan sambil menahan air matanya, ‘Alhamdulillah, Alhamdulillah.’
Dua puluh empat jam kemudian kami dikejutkan dengan kondisi si anak, ia
kembali mengalami pendarahan hebat seperti pendarahan sebelumnya, dan
jantungnya berhenti berdetak untuk kedua kalinya.
Tubuhnya yang
kecil kelihatan lelah, gerakannya telah hilang. Salah seorang dokter
masuk untuk melihat kondisinya secara langsung, lalu saya mendengarnya
berucap, ‘Mati otak.’
Sang ibu terus menerus mengulang-ulang,
‘Alhamdulillah, atas setiap keadaan, penyembuh adalah Allah.’ Beberapa
hari kemudian, anak itu sembuh kembali. Namun, baru berlalu beberapa
jam, ia kembali mengalami pendarahan di dalam livernya, lalu gerakannya
berhenti.
Beberapa hari kemudian ia sadar lagi, lalu kembali
mengalami pendarahan baru, kondisinya aneh, saya tidak pernah melihat
kondisi seperti itu selama hidup saya, pendarahannya berulang-ulang
hingga enam kali, sedangkan dari lisan ibunya hanya keluar ucapan,
‘Segala puji bagi Allah, Penyembuh adalah Rabb-ku, Dia-lah Penyembuh.’
Setelah beberapa kali pemeriksaan dan pengobatan, para dokter spesialis
batang tenggorokan berhasil mengatasi pendarahan, Yasir mulai
bergerak-gerak lagi. Tiba-tiba, Yasir kembali diuji dengan bisul besar
(tumor) dan radang otak.
Saya sendiri yang memeriksa
keadaannya. Saya berkata kepada ibunya, .’Keadaan anak Anda mengenaskan
sekali dan kondisinya berbahaya.’ la tetap mengulang-ulang ucapannya,
‘Penyembuh adalah Allah’
la mulai membacakan Al-Qur’an kepada
buah hatinya. Setelah dua minggu, tumor itu tetap ada. Dua hari
kemudian, anak tersebut mulai sembuh, kami memuji Allah karenanya.
Sang ibu bersiap-siap untuk pulang, namun satu hari kemudian, tiba-tiba
anak tersebut mengalami radang ginjal parah yang dapat menyebabkan
gagal ginjal kronis dan hampir menyebakan kematiannya.
Sementara si ibu tetap berpegang teguh, bertawakal dan berserah kepada
Rabb-nya serta terus mengulang-ulang, ‘Penyembuh adalah Allah.’ Lalu, ia
kembali ke tempatnya dan membacakan Al-Qur’an kepada anaknya.
Hari-hari berlalu, sedangkan kami terus berusaha memeriksa dan mengobati
secara maraton hingga berlangsung sampai tiga bulan, kondisinya pun
membaik, segala puji hanya bagi Allah.
Akan tetapi, kisah ini
belum berhenti sampai di sini saja, si anak kembali diserang penyakit
aneh yang belum pernah saya kenal selama hidup.
Setelah empat
bulan, ia terserang radang pada selaput kristal yang mengitari jantung,
sehingga memaksa kita untuk membuka sangkar dadanya dan membiarkannya
terbuka untuk mengeluarkan nanah.
Ibunya hanya melihat
kepadanya sambil berucap, ‘Saya memohon kepada Allah agar
menyembuhkannya, Dia adalah penyembuh dan pemberi kesehatan.’ Lalu, ia
kembali ke kursinya dan membuka mushafnya.
Terkadang saya
melihat kepada ibu tersebut, sementara mushaf ada di depannya, ia tidak
menoleh ke sekelilingnya. Kemudian saya masuk ke ruang refreshing, maka
saya melihat banyak pasien dengan berbagai penyakit dan para penunggu
mereka.
Saya melihat sebagian dari para pasien tersebut
berteriak-teriak dan yang lainya mengaduh-aduh, sedangkan para
penunggunya menangis, dan sebagian dari mereka berjalan di belakang para
dokter.
Sementara ibu itu tetap berada di atas kursinya dan di
depan mushafnya, tidak berpaling kepada orang yang berteriak dan tidak
berdiri menghampiri dokter serta tidak berbicara dengan seorang pun.
Saya merasa bahwa ia adalah gunung, setelah berada selama enam bulan di
ruang refreshing. Saya berjalan melewati anaknya, saya melihat matanya
terpejam, tidak berbicara dan tidak bergerak, dadanya terbuka.
Kami mengira bahwa ini merupakan akhir kehidupannya, sedangkan sang ibu
tetap dalam keadaannya, membaca Al-Qur’an. Seorang penyabar yang tidak
mengeluh dan tidak mengaduh.
Demi Allah, ia tidak mengajak saya
bicara dengan sepatah katapun dan tidak pula bertanya kepada saya
tentang kondisi anaknya. Ia hanya berbicara setelah saya mulai
mengajaknya bicara tentang anaknya tersebut.
Adapun usia
suaminya sudah lebih dari empat puluh tahun. Terkadang suaminya menemui
saya di dekat anaknya, ketika ia menoleh kepada saya untuk bertanya,
istrinya menarik tangannya dan menenangkannya serta mengangkat spiritnya
dan mengingatkannya bahwa sang Penyembuh adalah Allah.
Setelah
berlalu dua bulan, keadaan anak tersebut sudah membaik, lalu kami
memindahkannya ke ruangan khusus anak-anak di rumah sakit, kondisinya
sudah mengalami banyak kemajuan.
Keluarganya pun mulai
membiasakan kepadanya berbagai jenis terapi dan pelatihan. Setelah itu,
anak tersebut pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki, ia melihat dan
berbicara seakan-akan ia tidak pernah tertimpa sesuatu sebelumnya.
Alhamdulillah...................
Tags
ARTIKEL RUQYAH