Ada
seorang pemuda yang alim dalam ibadah, dzikirnya kuat dan sholat malamnya
rajin, pada suatu malam dia berbimpi ditemui oleh seorang yang bercahaya
berjanggut panjang dan berjubah putih, orang itu mengaku Sunan Gunung Jati,
Lalu Sunan itu menasihatinya agar banyak beribadah, lebih rajin lagi dzikir dan
sholat malam, diakhir pertemuan Sunan itu memberikannya amalan membaca dzikir
Ya Lathif sebanyak 1000x yang wajib dibacanya tiap malam agar dia mendapatkan
kemampuan khasyaf dan sunan itu memberikan bekal sebuah cincin merah delima.
Lalu pemuda itu terbangun dan mendapatkan cincin merah delimanya ditangan
kanannya. Setelah mimpi itu pemuda alim ini yakin bahwa yang ditemuinya adalah
Sunan Gunung Jati. Lalu pemuda ini secara istiqamah mengamalkan dzikir ya
Lathifu sebanyak 1000x setiap malam , baru mengamalkan seminggu pemuda ini bisa
melihat alam jin, bisa mengobati orang sakit. Lalu pada malam kesekian pemuda
ini ditemui lagi oleh Sunan Gunung Jati, sunan itu mengatakan agar ilmunya
tidak hilang harus rajin ibadah dan sholat juga dzikir dan harus memakai cincin
pemberiannya.
Hari-
demi hari berganti pemuda ini menjadi terkenal karena kesaktiannya dia semakin
sakti dan semakin banyak ibadah.......Namun..... niatnya sudah melenceng dari
niat murni karena Allah menjadi menduakan Allah dia beribadah agar ilmu
kesaktian/ghoibnya tidak hilang dan dia telah berbuat syirik pada Allah karena
meyakini adanya kekuatan ghoib pada batu cincin yang dikenakannya......
Sesatlah pemuda itu karena ditipu Iblis yang menyamar menjadi Sunan Gunung jati, berubahlah niat dan tatacara dari dzikir yang murni ikhlas karena Allah mulai ditambahi bid'ah idhafiyah .
Bid’ah idhafiyah, ialah bentuk-bentuk bid’ah dengan
menambahkan, menentukan dan meyakini cara-cara, format-format,
bilangan-bilangan, fadhilah-fadhilah, waktu-waktu, atau tempat-tempat
khusus pada ibadah-ibadah tertentu yang semula (berdasarkan
dalil-dalilnya) bersifat umum tanpa disertai adanya ketentuan-ketentuan
khusus terkait dengan hal-hal itu. Contohnya : menetapkan tata cara,
format, bilangan, tempat atau waktu khusus yang bersifat baku dalam
melakukan dzikir ALA sufi/ dzikir amalan mencari ilmu kesaktian/ghoib disertai adanya keyakinan tentang fadhilah dan keutamaan tertentu dari pengkhususan-pengkhususan tersebut (tentu saja tanpa adanya dasar yang dibenarkan secara dalil syar’i atau ’aqli/logika), dan lain-lain.
Setiap amalan ibadah
juga dzikir akan menghasilkan nur/cahaya yang berbentuk nafs, cahaya ibadah
yang murni karena Allah dan tidak tercampuri dengan syirik dan bid’ah akan
diterima Allah namun jika sudah tercemari oleh syirik dan bid’ah maka tidak
akan sanggup melawati penyaringan di tiap lapisan langit dan akan diretur oleh
malaikat lalu amalan yang berkualitas tinggi itu akan jatuh dari langit lalu
disambar oleh Iblis. Oleh Iblis amalan ini akan “diolah” untuk menjadi sumber
kekuatan mereka sampai batas waktu tertentu. Begitulah akibatnya jika
mengamalkan amalan yang tidak ada tuntunan syari’ah dan tidak murni kerena Allah, nafs kita akan dibarter oleh
Iblis, selama dia mengamalkan amalan bid’ah selama itu pula akan menghasilkan
nafs bercahaya yang berkualitas yang akan diambil Iblis dan Iblis akan selalu
membantu manusia tersebut. Ada sangat banyak umat Islam (terutama kalangan tarekat sufiyah, bathiniyah) yang sudah tertipu dengan segela kelebihan / kesaktian/ilmu ghoib yang dimiliki yang mereka mengira amalan ibadah bid'ahnya diterima Allah padahal sesungguhnya yang menerima adalah setan .
Kenapa yang menerima adalah setan? Ibadah bid’ah pada hakekatnya merupakan ibadah kepada syetan. Karena
dilihat dari peruntukkannya, ibadah itu hanya terbagi dua yakni: ibadah
kepada Allah dan ibadah kepada syetan. (QS.36 : 60-61). Maka setiap
bentuk amal ibadah yang tidak memenuhi syarat sah ibadah kepada Allah,
berarti termasuk dalam kategori ibadah yang kedua, yaitu ibadah kepada
syetan, disadari atau tidak, diketahui atau tidak, dan diniatkan atau
tidak oleh pelakunya.
Dalil bahwa amalan ibadah dan zikir kita berbentuk cahaya
:
Rasulullah Saw bersabda: “Hai Mu’adz, Allah
menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap
langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, dan tiap-tiap pintu langit itu
dijaga oleh malaikat yang bertugas untuk selalu menjaga pintu sesuai kadar
pintu dan keagungannya. Maka, malaikat Hafazhah (malaikat yang memelihara
dan mencatat amal seseorang) naik ke langit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya bersinar-sinar bagaikan cahaya
matahari. Ia, yang menganggap amal orang tersebut itu banyak, mamuji
amal-amal orang itu. Tapi
sampai di pintu langit pertama, berkata malaikat penjaga pintu langit itu
kepada malaikat hafazhah: ‘Tamparkanlah
amal ini ke wajah pemiliknya, aku ini penjaga tukang pengumpat, akau
diperintahkan untuk tidak menerima masuk tukang mengumpat oranglain, jangan
sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya.’
Keesokan harinya, ada lagi malaikat hafazhah yang
naik ke langit dengan membawa amal sholeh seorang lainnya yang cahayanya
berkilauan, ia juga memuji lantaran begitu banyaknya amal tersebut. Namun
malaikat langit kedua mengatakan: ‘Berhentilah,
dan tamparkan amal ini ke wajah pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia
mengharap keduniawian. Allah memerintahkan aku untuk menahan amal ini, jangan
sampai lewat hingga langit berikutnya’. Maka seluruh malaikat pun melaknat
orang tersebut sampai sore hari.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke
langit dengan membawa amal hamba Allah yang sangat memuaskan, penuh amal
sedekah, puasa dan bermacam-macam kebaikan yang oleh malaikat hafazhah dianggap
demikian banyak dan terpuji. Namun saat sampai dilangit ketiga, berkata
malaikat penjaga pintu langit yang ketiga: ‘Tamparkan
amal ini ke wajah pemiliknya, akulah malaikat penjaga orang yang sombong. Allah
memerintahkan untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan sampai amal ini
melewatiku untuk mencapai langit berikutnya. Salahnya sendiri ia menyombongkan
diri di tengah-tengah orang lain.’
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke
langit keempat, membawa amal seseorang yang bersinar bagaikan bintang yang paling
besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, sholat, berhaji, dan
umrah. Tapi ketika sampai di langit keempat, malaikat penjaga pintu langit
keempat mengatakan kepada malaikat hafazhah: ‘Berhentilah, jangan dilanjutkan. Tamparkan amal ini kewajah
pemiliknya, aku ini penjaga orang-orang yang suka ujub (membangga-banggakan
diri). Aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan
sampai amal itu melewatiku untuk mencapai langit yang berikutnya, sebab ia
kalau beramal selalu ujub.’
Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit
kelima, membawa amal hamba yang diarak bagaikan pengantin wanita diiring kepada
suaminya, amal yang begitu bagus seperti amal jihad, ibadah haji, ibadah umrah.
Cahaya amal itu bagaikan matahari. Namun, begitu sampai di langit kelima,
berkata malaikat penjaga pintu langit kelima: ‘Aku ini penjaga sifat hasud (dengki, iri hati). Pemilik amal ini, yang
amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain atas kenikmatan yang
Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang diridhoi Allah SWT.
Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang seperti ini untuk melewati
pintu ku menuju pintu langit selanjutnya.’
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah dengan
membawa amal lain berupa wudhu yang sempurna, sholat yang banyak, puasa, haji,
dan umrah. Tapi saat di langit keenam, malaikat ini mengatakan: ‘Aku ini malaikat penjaga rahmat. Amal yang
seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah pemiliknya. Salah sendiri ia tidak
pernah mengasihi orang. Apabila oranglain yang mendapat musibah, ia merasa
senang. Aku diperintahkan agar amal seperti ini tidak melewatiku hingga dapat
sampai pintu berikutnya.’
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik ke
langit ketujuh dengan membawa amal seorang hamba berupa bermacam-macam sedekah,
puasa, sholat, jihad, dan kewara’an. Suaranya
pun bergemuruh bagaikan geledek. Cahayanya bagaikan kilat. Namun tatkala
sampai di langit ke tujuh, malaikat penjaga langit ke tujuh mengatakan: ‘Aku ini penjaga sum’at (ingin terkenal).
Sesunguhnya orang ini ingin dikenal didalam kumpulan-kumpulan, selalu ingin
terlihat lebih unggul di saat berkumpul, dan ingin mendapat pengaruh dari para
pemimpin. Allah memerintahkan aku agar amal itu tidak sampai melewatiku. Setiap
amal yang tidak bersih karena Allah Ta’ala, itulah yang disebut dengan riya’.
Allah tak akan menerima amal orang-orang yang riya’.
Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik membawa
amal seorang hamba yang selalu sholat, zakat, shaum, haji, umrah, akhlaq yang
baik, pendiam, tidak banyak bicara, dzikir kepada Allah. Amalnya itu diiringi
para malaikat hingga langit ke tujuh, bahkan sampai menerobos memasuki
hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah SWT.
Para malaikat itu berdiri di hadapan Allah. Semua
menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang sholeh dan ikhlas karena Allah Swt,
Namun Allah befirman: ‘Kalian adalah
hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan akulah yang mengintip hatinya.
Amal ini tidak karena-Ku. Yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak di ikhlaskan demi Aku.
Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya dengan amalan
itu. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para
malaikat hafazhah). Tapi Aku takkan tertipu olehnya. Aku ini Yang Paling Tahu
akan ha-hal yang ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar
kepada-Ku setiap apapun yang samar. Tidak akan tersembunyi bagi-Ku seetiap
apapun yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang terjadi sama dengan
pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjadi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah
lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang akan datang. Pengetahuan-Ku
kepada orang-orang terduhulu sebagaimana pengetahuan-Ku kepada orang-orang yang
kemudian. Aku lebih tahu atas apa pun yang lebih samar daripada rahasia.
Bagaimana bisa amal hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa menipu makhluk-makhluk, yang
tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Laknat-Ku
tetap kepadanya!’. Tujuh malaikat hafazhah yang ada pada saat itu dan 3000
malaikat lain yang mengiringinya menimpali: ‘Wahai Tuhan kami, dengan demikian
tetaplah laknat-Mu dan laknat kami kepadanya’. Maka semua yang ada di langit
pun mengatakan: ‘Tetaplah laknat Allah dan laknat mereka yang melaknat
kepadanya’!”.
SASIKANLAH WAHAI UMAT ISLAM, AMALAN YANG TIDAK KARENA
ALLAH AKAN TERSARING SETELAH MELAWATI LANGIT KETUJUH DAN SAMPAI KEPADA ALLAH TA’ALA,
AMALAN YANG TIDAK MURNI KARENA ALLAH AKAN DITOLAK OLEH ALLAH TA’ALA!
Dalil Amal Ibadah kita berbentuk nafs (jiwa) yang
memiliki jasad :
Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad menyebutkan
bahwa Al-Bara’ ibn ‘Azib menyampaikan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda, “Jika seorang hamba yang beriman telah meninggal dunia dan
menghadap ke akhirat, akan turun kepadanya sejumlah malaikat dari langit yang
berwajah putih bersih seakan-akan matahari. Mereka membawa kafan dari
kafan-kafan penghuni surga dan juga wewangian dari surga. Mereka kemudian duduk
di suatu tempat yang dapat dilihat oleh sejauh mata memandang. Kemudian datang
malaikat pencabut nyawa, lalu duduk di dekat kepalanya sambil berkata,
“Keluarlah, wahai jiwa yang tenang, keluarlah untuk menuju ampunan dan
keridhaan Allah.”
Lantas keluarlah nyawanya dengan mengalir
bagaikan mengalirnya air yang menetes dari tempat air. Malaikat pencabut nyawa
kemudian mengambil ruh orang tersebut dan membungkusnya dengan kain kafan yang
telah ditaburi wewangian dari surga.
Dari kafan itu tercium semerbak bau wangi yang
melebihi bau wangi misik yang pernah ditemui di bumi. Para malaikat kemudian
naik ke langit dengan membawa kafan tersebut.
Mereka tidak pernah melewati satu malaikat pun
dari para malaikat penduduk langit melainkan mereka ditanya, “Ruh siapakah yang
berbau wangi itu?”
Para malaikat pembawa ruh itu menjawab, “Ini
adalah ruh Fulan bin Fulan, “Berkat nama-namanya yang paling baik yang mereka
sebutkan sewaktu berada di dunia, mereka kemudian memohon agar dibukakan pintu
langit untuknya“, Lalu terbukalah pintu langit itu. Dari setiap langit, semua
malaikat yang dekat dengan Allah mengantarkannya sampai ke langit berikutnya
hingga mereka sampai ke langit yang ke tujuh.
Setelah mereka sampai ke langit yang ke tujuh,
Allah berfirman: “Tulislah kitab hamba-Ku ini di dalam ‘Illiyyin lalu
kembalikanlah dia ke bumi karena Kami telah menciptakan mereka dari bumi
(tanah). Kepadanya Aku kembalikan mereka dan dari dalamnya Aku mengeluarkannya
sekali lagi.”
Ruhnya kemudian dikembalikan ke bumi, lalu
datanglah dua orang malaikat yang kemudian mendudukkannya, Mereka lantas
bertanya kepadanya, “Siapakah Tuhan Anda ?” Ia menjawab, “Tuhanku adalah Allah
.”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Apakah agama
Anda?” Ia menjawab, “Agamaku adalah Islam.”
Kedua malaikat itu bertanya lagi, “Siapakah
laki-laki yang telah diutus kepada Anda?”
Jawabnya, “Beliau adalah (Muhammad) Rasulullah.”
Malaikat itu bertanya, “Dari mana Anda tahu ?” Ia menjawab, “Aku telah membaca
Kitab Allah. Aku mengimani dan membenarkannya.”
Lalu terdengarlah sebuah panggilan dari langit,
“Jika memang hamba-Ku ini benar, maka hamparkanlah untuknya (permadani) dari
surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya pintu yang menuju
surga.” Kemudian ruh orang yang beriman dikembalikan ke jasadnya beserta bau
wamgi-wangiannya, lalu diluaskan kuburannya sejauh mata memandang.
Selanjutnya
datanglah seorang laki-laki tampan yang berpakaian bagus dan berbau harum. Ia
berkata, “Berbahagialah dengan segala
yang membahagiakan Anda. Ini adalah hari kebahagiaan Anda yang telah Allah
janjikan.” Orang beriman tersebut bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu tampan sekali.” Ia menjawab, “Aku adalah amal saleh Anda.”
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa bentuk
seorang laki-laki tampan yang berpakaian bagus dan berbau harum yang mengatakan
dirinya “Aku adalah amal saleh Anda” adalah bentuk Nafs berjasad yang
dihasilkan dari amalan sholeh muslim yang meraih maqom disisiNya.
Akhir Tulisan
Akhir Tulisan
Artikel ini saya buat karena terinspirasi dari Bukunya Pak Jusuf hakim , yang berjudul "mendiagnosis penyakit non medis" dan "Sembuh Seketika Bukan Mu'jizat atau keajaiban" yang khusus membahas tentang nafs manusia dan hubungannya dengan dunia jin. Buku ini cukup penting untuk dimiliki seorang penerapis yang sering "bentrok" dengan jin dan sihir. Namun pandai-pandailah memilah penjelasan dalam buku ini sebab ada beberapa bagian yang mengandung unsur syubhat, timbanglah dari sisi syari'at jika menyimpang tinggalkan. begitu pula dengan penjelasan saya diatas.
Wallahua'lam...
Tags
ARTIKEL RUQYAH
Subkhanallah................
BalasHapusMohon ijin share bri
BalasHapus